Pembahasan membangun Indonesia dibahas tidak hanya dari satu sisi
tetapi juga berkaitan dengan sisi-sisi yang lain seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya. Membangun Indonesia yang lebih maju harus
mempunyai komponen-komponen yang sesuai dan tepat. Pengelolaan ini harus
diatur oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan. “Pemerintah harus
menetapkan orang-orang yang tepat dalam bidang strategis, bidang kritis,
dan bidang operasional sehari-hari,” kata Prof. Dr. Bambang Shergi
Laksmono, MSc.
Dalam bidang budaya, Dr. Bambang Wibawarta mengatakan bahwa kita
sebagai bangsa Indonesia belum memiliki strategi dalam bidang apapun.
Kebingungan dalam memilih pemimpin menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
belum tahu kriteria kepemimpinan Indonesia. “Kita mengalami krisis
karakter kebangsaan,” papar Dr. Bambang Wibawarta. Pendidikan seharusnya
menjadi motor dan pembentukan karakter kebangsaan di Indonesia.
Keragaman yang sangat luar biasa bisa menjadi soft power Indonesia
dalam dunia Internasional. “Cara tercepat untuk membangun karakter
bangsa ialah melalui pendidikan,“ lanjut Dr. Bambang Wibawarta.
Bangsa-bangsa yang besar memiliki komponen “super individualis,
military might, economic power,” ujar Etin Anwar Ph.D. Pembentukan
budaya yang bermartabat merupakan sebuah pengalaman sebagai pembentukan
tata nilai, pembiasaan/habitual, dan empirical character.
Elit bangsa terdahulu merupakan sosok tokoh yang sangat pandai dalam
membuat rumusan seperti halnya Soekarno beserta tokoh-tokoh lain yang
merumuskan Pancasila. Akan tetapi, dalam pelaksanaan dan pengalamannya
kita mengalami kegagapan dan tidak serius. “Yang kita inginkan adalah
Presiden, Menteri, dan jajarannya yang visioner,” kata Buya Syafi’i.
Sejak perjalanan reformasi tahun 1998 politisi yang muncul adalah
orang-orang yang instan sehingga “gagap” dalam mengelola negara.
Kemerosotan negara yang semakin lama semakin parah, utang yang
semakin lama membengkak dari Rp 1400 triliun menjadi Rp 1900 triliun
adalah bukti tidak seriusnya pemerintah dalam mengelola negara besar
seperti Indonesia. Klaim keberhasilan pemerintah bisa mengurangi
pengangguran tidak tercermin dalam realita di lapangan. Hanya sekitar
20% warga negara Indonesia yang bisa menikmati kesejahteraan di
Indonesia, 80% yang lain tidak bisa menikmati itu. “Kemerdekaan bangsa
tidak hanya bangsa dan negara, tetapi juga warganya,” ucap Buya Syafi’i.
“Untuk membangun Indonesia yang bersih, jujur, adil, dan bermanfaat
salah satu cara ialah memberantas ideologi musiman,” tambah Buya
Syafi’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berbagi waktu dengan alam kau akan tau siapa dirimu sebenarnya hakikat manusia